INDOPOSCO.ID – Ketua Tim Kerja Onkologi Paru Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof dr Elisna Syahruddin menjelaskan, kanker paru- paru masih menjadi penyebab kematian paling tinggi di Indonesia.
“Kematian karena kanker paling banyak paru,” tutur Elisna pada acara “Peluncuran Layanan Digital PULIH” dalam rangka Hari Kanker Paru Sedunia secara daring di Jakarta, Rabu.
Elisna menjelaskan, kanker paru-paru bisa terjadi ketika beberapa sel di paru- paru mengalami perubahan yang membuat sel itu berkembang serta bertumbuh di luar kendali. Perkembangan sel ini akan membuat sebuah benjolan atau biasa disebut tumor.
“Memang kematian utama karena sebagian besar ketemu arenanya sudah di step lanjut. Malah ketemunya di 80 persen. 20 persen ketemunya itu insidentil. Misal, orang lagi check up tiba-tiba ketemu benjolan gitu,” tutur dia menjelaskan penyakit paru-paru banyak ditemukan disaat pasien melakukan pengecekan kesehatan.
Karena sulit untuk menemukan gejala awal, maka pemicu kematian akibat kanker paru-paru menempati posisi pertama di Indonesia. Sedangkan tingkat terjadinya kasus akibat kanker paru-paru menduduki posisi ketiga.
Lebih lanjut dia menjelaskan, alasan mengapa kanker paru-paru menjadi isu yang sangat dibincangkan disaat ini adalah karena perkembangan terapinya mengalami kenaikan yang lebih pesat.
Meski dari segi penelitian, pendidikan serta melakukan diagnosa, para dokter di Indonesia sudah terbilang mampu serta baik, akan tetapi obat yang dapat digunakan belum tersedia.
“Jadi transformasi bahannya yang belum ada, jika pengetahuan semuanya sama. Namun aksesnya yang belum sama. Jika saya ke Singapura dapat obatnya, tetapi kenapa di Indonesia tidak dapat. Barangnya tidak ada di Indonesia. Itu permasalahannya,” kata Elisna terkait obat untuk kanker paru- paru di Indonesia saat ini. (mg2)








