INDOPOSCO.ID – Terik sinar matahari terasa membakar kulit. Lalu lintas di Jalan Basuki Rahmat, Jakarta Timur nampak macet. Tampak tukang parkir kewalahan membantu pembeli yang keluar masuk di Pasar Gembrong, Jakarta Timur.
“Ini harganya berapa?” kata Abidin, salah satu pengunjung di Pasar Gembrong sembari menunjuk salah satu mainan masakan little chef.
“Oh itu harganya Rp350 ribu. Dijamin bagus pak,” sahut Muhammad Edi (19), pelayan kios Mahkota Rois Pasar Gembrong.
Sambil memilah-milah, pria paruh baya asal Cipinang Besar Selatan (CBS) tersebut kembali menanyakan label Standar Nasional Indonesia (SNI). “Ini sudah ber-SNI kan. Kalau tidak saya eggak jadi beli,” kata Abidin.
Sambil mengambil satu buah paket mainan masakan little chef, Edi bergegas menghampiri Abidin. ”Ini pak, kita menjual mainan semua ber-SNI,” kata pria yang mengaku sudah dua tahun bekerja di kios Mahkota Rois.
Sejurus kemudian Abidin dan Edi pun terlibat dalam tawar menawar harga. Tak berselang lama kemudian nampak Abidin memacu langkahnya ke tempat parkir sembari membawa satu bungkus mainan di tangan kanannya.
Ditemui INDOPOSCO.ID, Haji Anwar, pemilik kios Mahkota Rois menuturkan, usaha berjualan mainan sudah dirintisnya sejak lima tahun lalu. Wirausahawan asal Sumatera Barat tersebut nekat beralih profesi dari jasa pasang gigi menjadi penjual mainan.
“Lumayan sih omsetnya. Sebelum pandemi Covid-19 sebulan omsetnya bisa Rp50 juta. Tapi pandemi omset turun 50 persen,” kata Anwar di Jakarta, Sabtu (24/4/2021).
Untuk memenuhi barang dagangannya, menurut Anwar, dia rutin berbelanja satu minggu sekali ke Jakarta Pusat. Sebelum pandemi, Anwar bisa berbelanja dua kali dalam seminggu.
“Dulu sebelum pandemi, seminggu belanja dua kali. Itu saja kewalahan memenuhi pesanan pelanggan,” ucapnya
Pria genap berusia 56 tahun ini mengatakan, pembeli saat ini sudah cerdas. Mereka hanya membeli produk yang berlogo SNI.
“Alhamdulillah sih, produk yang saya jual ber-SNI semua. Karena, pembeli pasti pertama tanya logo SNI. Pernah dulu, beberapa kali masuk produk Cina yang tidak ber-SNI, malah tidak laku,” katanya.
Anwar mengaku, tetap optimistis berjualan mainan tetap ramai. Ia berharap pandemi Covid-19 segera berlalu. Sehingga dia dan pedagang mainan lainnya di Pasar Gembrong bisa menraup untung.
“Ya tetap kita syukuri sih. Di saat sekarang ini masih ada aja pembeli. Paling sepi 1 hari 5 orang. Kalau dulu sehari bener-bener kewalahan. Asal syaratnya kita jual produk ber-SNI, jangan coba-coba yang lain. Bisa ditinggal pelanggan,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam dialog Podcast “NGACO” (NGobrol Ala IndoposCO) Kepala BSN Kukuh Achmad mengatakan, tanggung jawab BSN menangani bidang standarisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia. Tugas utamanya di antaranya memfasilitasi para pemangku kepentingan dalam mengembangkan dan memelihara SNI hingga memberdayakan pelaku usaha untuk menerapkan SNI.
“Kami juga memberikan layanan informasi dan penjualan standar, baik SNI maupun standar internasional,” katanya.
Ia menyebut, sedikitnya ada sekitar 13.518 SNI yang mencakup berbagai bidang. Dari SNI produk, jasa, sistem, proses dan personel.
“Sepanjang 2020, kami telah menyusun 70 SNI dan 1 pedoman diperlukan untuk penanganan pendemi Covid-19,” ungkapnya. (nas)








