INDOPOSCO.ID – Matahari baru saja terbit. Udara dingin terasa menusuk tulang. Nampak dari kejauhan sekumpulan pesepeda tengah beristirahat di depan Vihara Buddha Dharma dan 8 Pou-sat atau lebih dikenal sebagai Vihara Buddha Tidur.
Sejak 2015 lalu, Vihara Buddha Tidur diresmikan Pemerintah daerah (Pemda) Bogor sebagai salah satu destinasi wisata religi di Kabupaten Bogor. Destinasi yang berada di Desa Tonjong, Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor ini banyak dikunjungi masyarakat.
Setiap akhir pekan Vihara ini menjadi tempat singgah para pesepeda dari wilayah Cibinong dan sekitarnya. Mereka banyak menghabiskan waktu untuk berswafoto atau sekadar melihat-melihat.
“Bagus banget tempatnya. Tidak salah singgah di Vihara Buddha Tidur ini,” ujar salah seorang pesepeda.
Tak saja dikunjungi masyarakat, Vihara Buddha Tidur menjadi tempat sembahyang umat Khonghucu dari Bogor dan sekitarnya. Bahkan, setiap Tahun Baru Imlek, Vihara ini juga menjadi pusat perayaan masyarakat Tionghoa dari Jakarta, Bogor dan sekitarnya.
“Sejak pandemi, kami membatasi umat untuk beribadah,” ujar Pendiri Vihara Buddha Tidur Ade Utju Dhanu, Sabtu (13/2/2021).
Pria yang mengaku pernah mengenyam pendidikan di Universitas Prof Dr Moestopo itu mengaku, pembangunan patung Buddha Tidur dimulai 2008 lalu. Dengan menghabiskan 500 sak semen dan 20 kaleng cat. “Pembuatan patung Buddha tidur selesai 2 tahun,” katanya.
Pria kelahiran Jakarta, 1 Januari 1945 ini mengklaim patung Buddha tengah melakukan meditasi dengan posisi tidur tersebut merupakan patung terpanjang di Indonesia. Keinginan Ade membuat patung diperoleh saat melakukan meditasi.
“Patung Buddha Tidur ini memiliki ukuran 18 meter di bangun di atas lahan 6 ribu meter persegi,” bebernya.
Lebih jauh Ade menuturkan, proses pemahatan patung dilakukan selama dua tahun. Dan memerlukan 10 orang tukang pahat. “Ada ritual tertentu yang harus dilakukan saat proses pemahatan patung. Para pemahat tidak boleh memakan semua yang berjiwa (vegetarian),” ujarnya.
Ade mengungkapkan, asal muasal patung Buddha tidur dari Afghanistan. Kemudian menyusul dibangun di Penang, Malaysia, lalu Thailand, dan Tiongkok. Di Indonesia sendiri, menurutnya, patung Buddha tidur bisa ditemukan di Mojokerto dengan panjang 15 meter dan Lasem dengan panjang 10 meter.
Patung yang menghadap ke kanan, menurut Ade, memiliki makna tentang kesehatan. Posisi tersebut memberikan ruang kerja lebih leluasa kepada jantung yang ada di dada sebelah kiri. Warna kuning pakaian pada patung memiliki makna keberkahan.
“Setiap tahun patung dimandikan dengan kembang. Ritual ini dilakukan setiap menjelang Tahun Baru Imlek. Kembang yang digunakan di antaranya kembang sedap malam dan kembang melati. Biasanya dimandikan pada penanggalan 24 Imlek dan dilakukan oleh umat,” ucapnya.
Ade menyebutkan, untuk membangun patung sedikitnya menghabiskan anggaran hingga Rp 3 miliar. Patung, dikatakan Ade memiliki latar belakang pohon bodhi. Ini sesuai dengan kehidupan nyata Buddha yang menghabiskan waktu untuk bermeditasi di bawah pohon bodhi.
“Patung Buddha mimiknya tersenyum dengan lambang swastika di dadanya yang melambangkan kasih sayang,” terangnya. (nas)








