Novak Djokovic ke Final Wimbledon usai Kalahkan Denis Shapovalov

INDOPOSCO.ID – Juara bertahan Novak Djokovic mengalahkan petenis Kanada Denis Shapovalov untuk melaju ke final ketujuhnya di Wimbledon lewat kemenangan 7-6(3), 7-5, 7-5 di London, Jumat (9/7).
Petenis berusia 34 tahun asal Serbia itu akan bertemu dengan petenis Italia Matteo Berrettini di final pada Ahad (11/7), demikian dilansir Antara.
Hasil itu sekaligus menghancurkan impian Shapovalov unggulan ke-10 yang berupaya menjadi petenis kedua dari Kanada yang mencapai final Wimbledon.
Shapovalov melancarkan 40 pukulan winner tetapi apabila Djokovic mendapati dirinya dalam bahaya, dia dapat bertahan, menyelamatkan 10 dari 11 break point yang beliau hadapi dan membuat hanya 15 unforced error demi menjaga asa mengejar titel Grand Slam ke-20, menyamai rekor Roger Federer dan Rafael Nadal, demikian Reuters.
Djokovic memenangi set pembuka walaupun Shapovalov serve ketika kedudukan 5-4 dan setelah itu mengamankan sejumlah break point di set kedua saat sang lawan mengerahkan segala upaya untuk menundukkan peraih lima titel di All England Club itu.
Kendati di set ketiga Shapovalov terus melancarkan pukulan keras namun tembakannya dimentahkan saat Djokovic mengklaim salah satu kemenangan straigth set terberat dalam karier Wimbledonnya.
Shapovalov meninggalkan lapangan dengan berurai air mata namun dia telah menunjukkan kemampuannya yang menandakan dia siap menantang turnamen-turnamen besar di dunia tenis.
“Saya tidak merasa skor itu cukup mencerminkan performa maupun kompetisi ini,” ujar Djokovic seperti dikutip AFP.” Dia (Shapovalov) melakukan serve untuk set pertama dan mungkin pemain yang lebih baik.
“Saya akan memberinya tepuk tangan meriah untuk semua yang telah dia lakukan hari ini dan juga dua pekan ini. Kita akan sering melihat dia di masa depan, dia merupakan pemain luar biasa.”
Apabila meraih titel di Wimbledon, Djokovic tinggal butuh kemenangan di US Open untuk menjadi petenis ketiga dalam sejarah, dan pertama sejak 1969, yang melengkapi kalender Grand Slam.
Djokovic juga memiliki kesempatan melengkapi Golden Slam jika dia menang di Olimpiade nanti.
“Saya berusaha mengoptimalkan kemampuan saya di setiap pertandingan dan melihat apa yang terjadi,” ujar Djokovic.
“Di tahap karier saya sekarang, Grand Slam adalah segalanya dan saya merasa sangat terhormat membuat sejarah di olahraga yang sangat saya cintai ini.”
Shapovalov yang bermain kidal tak memperlihatkan tanda-tanda gugup meskipun tampil di semifinal pertama Grand Slamnya dan dengan bekal rekor 0-6 melawan petenis nomor satu dunia itu.
Mengandalkan backhand serta forehand ke garis, dia menguasai set pertama setelah membuat break di game ketiga dan serve untuk kala 5-4.
Dia nyaris menutup set pembuka namun sayangnya dia tidak terlalu memiliki naluri seperti seseorang juara Grand Slam.
Sejumlah groundstroke yang lemah memungkinkan Djokovic menyamakan kedudukan dan mengambil alih tiebreak setelah memenangi reli baseline dengan skor 4-2.
Shapovalov mengakhiri set tersebut dengan double fault.
Shapovalov gagal mengambil 5 break point di set kedua dan Djokovic membalas. Dia membuat break untuk 6-5 berkat double fault dan mengamankan set tersebut sebelum sang petenis Kanada melampiaskan kekesalannya terhadap wasit dan melabeli sang ofisial sebagai “lelucon”.
Djokovic membuktikan pertahanan khasnya untuk menangkis 4 break point lagi di game kedua set ketiga.
Sekali lagi, dia membuat pemain kidal Kanada itu membayar dengan melakukan break untuk 6-5 dan melakukan servis pada game berikutnya.
“Novak orang yang luar biasa. dia mendatangi saya di ruang loker, dia berbicara sejumlah kata. Untuk saya itu sungguh berarti. Dia tidak perlu melakukan itu sebenarnya,” ujar Shapovalov. (mg2)