INDOPOSCO.ID – Kebutuhan air bersih sangat diperlukan oleh masyarakat di Kecamatan Jatigede, Sumedang, Jawa Barat. Peninjauan langsung dilakukan oleh Dompet Dhuafa berkolaboraksi dengan Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Ilmu Komunikasi (IKA Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Kecamatan Jatigede, dengan menilik sanitasi pengolahan air bersih yang cukup prihatin.
Pengolahan air masih terbatas dengan menggunakan mesih penyedot dan disalurkan melalui pipanisasi hingga di tampung ke dalam kolam dengan kapasitas +20 ribu liter. Namun kondisi air di penampungan masih terdapat buih, hal ini mengingat kapasitas filter air yang belum optimal dari air yang terkadang bercampur dengan limbah.
Camat Jatigede, Koswara mengatakan di wilayahnya cukup memprihatinkan untuk kebutuhan air bersih. Saat ini, lanjutnya, di Jatigede masih mengandalkan mesin pompa air yang bersumber dari waduk Jatigede maupun sungai sekitar.
“Itupun belum bisa mencukupi kebutuhan warga. Khusus lagi di wilayah Desa Cijeunjing terdapat lebih dari 2 ribu jiwa memerlukan air bersih untuk kebutuhan MCK (Mandi Cuci dan Kakus), Air Minum, Wudhu hingga lahan pertanian,” ungkap Koswara dalam keterangannya, Selasa (14/10/2025).
“Wilayah Jatigede ini mempunyai karakter wilayah yang memiliki bebatuan, sehingga sumber mata air sangat sulit kami temui. Butuh tenaga dan biaya lebih untuk membuat mengebor sumur yang diperkirakan kedalamannya 200-300 meter belum lagi dengan kerasnya bebatuan menjadi tantangannya”, tambahnya.
Di Kecamatan Jatigede terdapat 11 Desa, seperti Cijeungjing, Cintajaya, Cipicung, Ciranggem, Cisampih, Jemah, Kadu, Kadujaya, Karedok, Lebaksiuh, dan Mekarasih. Dampak kurang ketersediaan air juga dialami warga di Kadujaya yang berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, banyak para masyarakat berprofesi sebagai petani mangga dengan memanfaatkan lahan area bukit.
Hanya saja kendala ketersediaan air untuk menunjang perkebunan kurang memadai. Bahkan banyak warga berinisiatif untuk membuat embung berharap dapat mewadahi air hujan sehingga dapat mengairi lahan tersebut. Selain berdampak pada produksi mangga sehingga hasil panen yang terus menurun diikuti dengan faktor cuaca,
Dampak ketiadaan air bersih juga berpengaruh pada pola hidup warga di Jatigede, mulai dari perilaku buang air besar (BAB) yang masih dilakukan di kebun atau tanah lapang hingga pemenuhan gizi bagi balita juga terhambat. Banyak warga terutama ekonomi bawah dalam pemenuhan gizi terbentur dengan kebutuhan air yang harus merogoh dana lebih dalam lagi.
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajran (Fikom Unpad) Syauqi, mengungkapkan hal ini merupakan langkah awal dari kolaboraksi antara IK Fikom Unpad bersama Dompet Dhuafa khususnya merambah di bidang program ketersediaan air bersih di Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.
“Semoga langkah awal ini menjadi jembatan kebaikan bagi kita bersama untuk mensejahterakan warga di wilayah Jatigede dan Sekitarnya,” harapnya.
Pimpinan Dompet Dhuafa Cabang Jawa Barat, Yogi Achmad Fajar mengatakan, dari peninjauan ini akan diskusikan rencana lebih lanjut bagaimana mencari solusi atas kesulitan air bersih untuk wilayah di Jatigede.
“Dompet Dhuafa Jawa Barat juga pada hari ini turut memberikan puluhan Al Quran untuk mendukung penguatan program keagamaan di wilayah tersebut,” katanya, usai meninjau ke titik penampungan air.
“Kami berharap silahturami ini menjadi awalan dalam berkolaboraksi baik IKA Fikom UNPAD dan Kecamatan Jatigede. Dan ini menjadi bagian dari dorongan bagi kami dalam menyalurkan donasi yang sudah terhimpun baik melalui zakat, infak, sedekah hingga wakaf ke penerima manfaat yang tepat. Seperti yang dirasakan masyarakat Kecamatan Jatigede ini, merasakan kekurangan air bersih berdampak pada sendi-sendi kehidupan baik ekonomi hingga kesehatan. Semoga isu-isu ini menjadi pendorong para donatur untuk bersama-sama menggulirkan program air bersih bagi masyarakat di sini,” jelas Yogi. (adv)