INDOPOSCO.ID – Presiden Prabowo Subianto kembali menonjolkan data, bahwa kasus keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) lebih sedikit ketimbang jumlah makanan yang telah didistribusikan kepada penerima manfaat.
“Saya pikir ya, kita memang mengalami gangguan. Saya pikir kita mengalami keracunan makanan, tetapi ketika kita menghitung jumlah makanan yang kita bagikan dengan jumlah kasus keracunan makanan, saya pikir statistiknya sebesar 0,0007,” kata Prabowo dalam sesi puncak acara Forbes Global CEO Conference 2025 di Jakarta, Rabu (15/10/2025) malam.
Ia menegaskan, tidak menutup mata terhadap munculnya kasus keracunan akibat menu makanan program MBG. Namun, dalam setiap menjalankan program baru tentu akan menemukan kendala.
“Yang menurut saya tidak berarti, maksud saya bahkan satu kasus keracunan pun tidak dapat diterima, tetapi menurut saya dalam setiap usaha manusia untuk mencapai nol kecelakaan, atau nol kesalahan,” ucap Prabowo.
Pemerintah dipastikannya akan berusaha menekan angka kasus keracunan yang dialami masyarakat akibat menu MBG. “Hal itu sangat jarang terjadi dalam usaha manusia menurut pendapat saya. Saya tidak mencari alasan. Kami bertekad untuk mendekati nol sebisa mungkin,” jelas eks Menteri Pertahanan itu.
Ratusan siswa di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat mengalami gejala keracunan setelah menyantap menu program MBG pada, Selasa (14/10/2025). Total korban keracunan mencapai 345 siswa. Data itu tercatat hingga Rabu (15/10/2025) siang kemarin.
Berdasar catatan Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), jumlah korban terbaru keracunan akibat program MBG tercatat 1.084 orang. Hal Itu dihimpun dari berbagai daerah Indonesia dari periode 6 – 12 Oktober 2025.
“Dengan penambahan ini, total korban sejak awal tahun (2025, red) mencapai 11.566 anak,” beber Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji terpisah dalam keterangannya, Jakarta, Senin (13/10/2025).
Program MBG dimulai pada 6 Januari 2025, sebagai salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto, diluncurkan secara bertahap di seluruh Indonesia. Program itu tercatat telah melayani 22,7 juta penerima manfaat hingga 8 September 2025.(dan)