INDOPOSCO.ID – Anggota Komisi IV DPR RI, Riyono Caping, meminta pemerintah bijak dalam menyikapi polemik beras “oplosan” yang banyak beredat di pasaran yang membuat heboh masyarakat, salah satunya dengan menarik kembali peredatannya, karena bisa menibulkan gejolak harga beras di pasaran.
Dirinya memandang penanganan yang benar yang sudah dilakikan pemerintah saat ini adalah dengan menindak para pelaku ataupun pengusaha nakal yang memproduksi beras oplosan tersebut.
“Melihat hasil penanganan beras oplosan yang dilakukan satgas pangan menurut saya cukup dan hentikan para pengusaha yang nakal. Tegakkan hukumnya, tapi terkait beras yang di pasar harus tetap di pasar. Jangan ditarik, ini akan membuat masyarakat ragu dan binggung, ini akan membuat harga naik kalau sampai beras–beras oplosan atau beras sesuai mutu di tarik,” kata Riyono dalam keterangan persnya, dikutip Rabu (6/8/2025).
Riyono pun tidak setuju dengan istilah beras oplosan yang berkonotasi negatif, dalam pengelolaan mutu memang ada berbagai perlakuan terhadap beras yang harus dilakulan untuk mendapatkan kualitas, rasa, warna dan kandungan air serta prosentase patahan yang ditentukan agar sesuai keinginan konsumen.
“Beras yang disebut oplosan itu menurut saya lebih tepat disebut beras tidak sesuai mutu, kenapa? Karena antara label dan fisik tidak sesuai. Ini lebih cocok menurut saya, tidak didramatisir semua beras oplosan negatif” tambah Riyono Caping.
Saat ini harga beras konsumsi harian masyarakat berkisar Rp12.000 – Rp14.000, harga yang cukup mahal bagi masyarakat dengan penghasilan sehari Rp60.000 – Rp100.000. Fakta ini Riyono dapatkan di desa-desa terpencil Ngawi dan Ponorogo, para penerima bantuan pangan beras menyebut harga beras masih mahal.
“Sekali lagi, beras yang diduga tidak sesuai mutu jangan ditarik, setuju turunkan harganya dan umumkan terbuka di pasar agar rakyat juga tau. Kalau di tarik khawatirnya stok akan berkurang dan harga akan naik kembali,” cetus Riyono.
Lebih lanjut, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menuturkan bahwa urusan pangan memang urusan sensitif, bisa berubah menjadi urusan ekonomi yang rumit jika tidak mampu di kendalikan.
“Urusan beras kita harus hati – hati memberikan kebijakan. Pangan sangat berpengaruh terhadap hidup rakyat, jangan sampai harga pangan khususnya beras bergejolak” katanya
“Kinerja positif petani dengan hasil panen yang naik harus di jaga pada level harga. GKP (gabah kering panen) yang Rp16.500 sudah bagus, stok beras di gudang Bulog cukup, namun harga beras masih tinggi. Ini perlu tata kelola beras yang bagus agar harga tidak naik kembali karena beras di pasar bebas tidak tersedia,” pungkasnya menambahkan. (dil)