Nasional

Ini Sosok Raden Aria Wangsakara, Pahlawan Nasional asal Banten

INDOPOSCO.ID – Raden Aria Wangsakara adalah tokoh pejuang melawan penjajah Belanda asal Banten yang akan diberikan gelar pahlawan nasional oleh Presiden Jokowi bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional pada tanggal 10 November 2021 mendatang.

Raden Aria merupakan salah satu dari empat tokoh di tanah air yang diberi gelar pahlawan nasional yakni Tombolatutu dari Sulawesi Tengah, Sultan Aji Muhammad Idris dari Kalimantan Timur dan Sutradara Film Usmar Ismail dari DKI Jakarta.

Kepastian pemberian gelar pahlawan nasional untuk empat tokoh ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) selaku Dewan Kehormatan Gelar, Mahfud MD, dalam keterangan pers di Jakarta Kamis (28/10/2021).

Sebagai informasi, bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang mengusulkan Raden Aria Wangsakara mendapat gelar sebagai pahlawan nasional karena jasa dan perjuangannya melawan penjajah Belanda.

Pemkab Tangerang melalui Dinas Sosial (Dinsos) mengusulkan Raden Aria Wangsakara diberi gelar pahlawan nasional pada tahun 2019 lalu. Pemkab Tangerang beberapa kali melakukan seminar tentang profil dan penyusunan naskah akademik terkait tokoh Raden Aria Wangsakara sebagai persyaratan untuk mengajukan usulan gelar pahlawan nasional. Bahkan Pemkab Tangernag juga melengkapi data arsip tentang Raden Aria berupa dokumen yang diperoleh dari Belanda.

Raden Aria adalah penyebar agama Islam, keturunan Raja Sumedang Larang, yakni Sultan Syarief Abbdurohman. Raden Aria Wangsakara atau Raden Aria Wangsaraja, dari garis keturunan ayah merupakan putera dari Pangeran Wiraraja I bin Prabu Geusan Ulun atau Pangeran Angkawijaya Sumedang, yang lahir pada sekitar tahun 1615-an.

Karena tidak sepaham dengan keluarga, Raden Aria bersama dua saudaranya, Aria Santika dan Aria Yuda Negara akhirnya merantau ke Tangerang melalui Sungai Cisadane pada tahun 1640 dan akhirnya menetap dan membangun pesantrean di Kawasan Grendeng, Karawaci.

Raden Aria Wangsakara yang kemudian memilih menetap di tepian Sungai Cisadane diberi kepercayaan oleh Sultan Maulana Yusuf, pemimpin Kesultanan Banten kala itu, untuk menjaga wilayah yang kini dikenal sebagai Tangerang, khususnya wilayah Lengkong, dari pendudukan VOC.

Sehari-hari, Raden Aria yang juga pernah didapuk sebagai penasihat Kerajaan Mataram menyebarkan ajaran Islam. Namun, aktivitas Raden Aria menyebarkan ajaran Islam mulai tercium oleh Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau Belanda tahun 1652-1653.

Karena dianggap membahayakan kekuasaan, VOC mendirikan benteng di sebelah timur Sungai Cisadane, persis berseberangan dengan wilayah kekuasaan Raden Aria Wangsakara.

VOC pun sampai memprovokasi dan menakuti warga Lengkong Kyai dengan mengarahkan tembakan meriam ke wilayah kekuasaan Wangsakara.

Provokasi itulah yang kemudian memicu pertempuran antara penjajah dan rakyat Tangerang.

Kegigihan rakyat di bawah kepemimpinan Raden Aria Wangsakara yang melakukan pertempuran selama tujuh bulan berturut-turut itu pun membuahkan hasil.

VOC gagal merebut wilayah Lengkong yang berhasil dipertahankan oleh Wangsakara dan para pengikutnya.

Penjajah Belanda saat itu tidak setuju dengan keberadaan pesantren yang dibangun Raden Aria dan tindakan tersebut dianggap membangkang dan melawan Belanda. Raden Aria dalam pertempuran dengan penjajah Belanda akhirnya tewas pada tahun 1720 dan dimakamkan di Desa Lengkong Kyai, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang. (dam)

Back to top button