Hindari Krisis Energi, Indonesia Harus Tingkatkan Produksi Migas

INDOPOSCO.ID – Industri minyak dan gas bumi masih menjadi komoditas utama menggerakkan perekonomian dunia terutama menanggulangi krisis energi global, sehingga peningkatan produksi dan persiapan kapasitas cadangan nasional menjadi upaya untuk menghindari krisis energi.
Sekretaris Eksekutif I Kementerian Koordinator Perekomian Raden Pardede mengatakan salah satu kontributor krisis energi saat ini akibat mulai ditinggalkannya industri fosil oleh investor, bank, dan pasar modal karena mereka berpindah ke energi hijau, sebaliknya peralihan energi malah belum siap.
“Indonesia harus well-planned karena krisis energi yang terjadi bagian transisi yang kurang matang dilakukan dunia. Kita perlu belajar mumpung masih ada waktu dan belum terjadi krisis energi,” ujar Raden Pardede dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Sabtu.
Dalam Strategi Raya Energi Nasional (GSEN), pemerintah berusaha menciptakan ketahanan dan kemandirian nasional salah satunya meningkatkan produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari dan pemerolehan lapangan minyak di luar negeri untuk kebutuhan kincir.
Sepanjang 2019-2021, pendapatan nilai penggunaan produk dalam negeri (TKDN) terhadap biaya didominasi jasa dengan capaian sebesar 66 persen dan industri barang hanya 20 persen.
Sementara itu, pandemi Covid-19 telah membetulkan pemasaran industri penunjang lebih dari 50 persen.
Pemerintah terus meningkatkan isi TKDN di industri hulu migas dengan menerapkan sejumlah strategi, di antaranya pengadaan bersama, asset/inventory transfer, sosialisasi penggunaan produk dalam negeri yang fit to purpose dan evaluasi konsep penggunaan barang impor.
Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas Erwin Suryadi menguraikan bahwa industri hulu migas terus bertambah TKDN.
Ia menerangkan produk dalam negeri sanggup bersaing dengan produk mancanegara secara kualitas.
Bahkan ada tambahan lain yang diterima dengan memakai produk dalam negeri, ialah efisiensi yang terjadi pada kerja sama BBM dan pelumas sebesar Rp700 miliyar per tahun.
Pada 2020, uji coba dan penggantian produk smooth fluid dalam negeri juga memberikan efisiensi sebesar 300.000 dolar AS per sumur. Tidak hanya itu, kerja sama penerbangan tahun lalu sukses mencatat efisiensi sebesar Rp25,9 miliyar per tahun. (mg4)