INDOPOSCO.ID – Angin optimisme kembali berembus ke perekonomian global. Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa prospek ekonomi dunia mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan meski ketegangan geopolitik dan risiko fiskal di Amerika Serikat masih membayangi.
“Kita lihat outlook ekonomi global. Kita melihat proyeksi pertumbuhan global 2025–2026 mulai membaik. Meski tensi geopolitik seperti konflik dagang AS (Amerika Serikat)–Tiongkok terjadi, sepertinya globalnya masih cenderung membaik,” ujar Purbaya dalam konferensi pers APBN Kita di Jakarta, Selasa (14/10/2025).
Ia menyoroti bahwa PMI (Indeks Manajer Pembelian) global masih berada di zona ekspansif, menandakan keberlanjutan aktivitas industri dunia, terutama di kawasan Asia. India, Arab Saudi, dan Thailand mencatat ekspansi yang solid, sementara beberapa negara maju mulai melambat.
Menurutnya, kondisi tersebut memberi ruang bagi Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga acuannya, yang bisa menjadi katalis positif bagi aliran modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Ekspansi pasar juga mencerminkan peluang tinggi penurunan suku bunga oleh The Fed. Ini bisa menjadi katalis positif bagi aliran modal ke emerging market, termasuk ke Indonesia,” tuturnya.
Namun, Purbaya tetap mengingatkan bahwa sentimen global masih rentan terhadap faktor non-ekonomi seperti kebijakan fiskal AS yang bisa memicu fluktuasi harga emas sebagai aset aman (safe haven).
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, pasar keuangan global saat ini menunjukkan pemulihan yang relatif stabil, didorong oleh meredanya tensi perang dagang dan ekspektasi penurunan Fed Fund Rate. Meski rupiah masih melemah 2,8% secara year-to-date, IHSG justru melonjak 16,6%, mencerminkan kepercayaan investor yang tetap kuat.
Lebih jauh, Purbaya mengungkapkan bahwa yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun tajam sebesar 88 basis poin, penurunan yang jauh lebih dalam dibandingkan negara-negara sepadan.
“Kalau Anda lihat di situ, yield-nya turun 88 basis point. Jadi kepercayaan ke surat utang kita bagus,” jelasnya.
“Untuk saya untung, karena kalau terbitan surat utang nanti bunganya lebih murah, jadi cost of capital saya lebih rendah dibanding sebelumnya,” sambungnya.
Penurunan yield ini menandakan risiko terhadap Indonesia yang semakin rendah dan efektivitas bauran kebijakan fiskal–moneter dalam menjaga stabilitas pasar surat utang domestik.
Di sektor eksternal, Purbaya mengungkapkan bahwa aktivitas ekspor–impor Indonesia masih solid di tengah gejolak global. Surplus neraca perdagangan kumulatif mencapai US$32,3 miliar, tumbuh hampir 4,6% dibandingkan tahun lalu.
“Ini ditopang oleh ekspor non-migas yang naik 9,1% year on year, khususnya sektor hilirisasi logam dan pertanian,” paparnya.
Kinerja ekspor naik 7,7% yoy, sementara impor tumbuh lebih moderat di 2,8%, menunjukkan permintaan domestik yang masih kuat. Pemerintah, kata Purbaya, akan terus mendorong perluasan pasar ekspor serta penguatan industri berbasis nilai tambah.
Kepercayaan investor terhadap Indonesia tetap terjaga di tengah dinamika global. Spread SBN terhadap US Treasury terus menyempit, mencerminkan risiko kurs dan negara yang semakin terkelola. Yield SBN 10 tahun turun dari 6,97% menjadi 6,09% sejak awal tahun, sementara spread yield SPN US dollar stabil di bawah 100 basis poin. “Jadi cost of capital untuk keuangan lebih murah dibanding sebelumnya,” tegasnya.
Meski mencatat net outflow terbesar sebesar Rp158,6 triliun, terutama dari Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) akibat kebijakan moneter yang lebih longgar, pasar SBN tetap berhasil mencatat net inflow sebesar Rp26,7 triliun.
“Hal ini menegaskan bahwa fundamental tetap kuat dan kredibilitas kebijakan kita terjaga di mata pelaku pasar global,” tambahnya.
Optimisme Menkeu Purbaya itu menggambarkan arah ekonomi nasional yang lebih stabil, di tengah ketidakpastian global yang belum sepenuhnya reda. Dengan bauran kebijakan yang konsisten, kepercayaan investor yang terjaga, serta kinerja ekspor yang kokoh, Indonesia tampaknya siap melangkah lebih mantap menghadapi tantangan tahun depan. (her)