INDOPOSCO.ID – Tanggal 8 Oktober berlalu dengan tenang. Padahal dunia politik sudah telanjur gerah dengan tanggal itu. Dikira hari Rabu itu tanggal terjadinya cicilan ketiga reshuffle kabinet Merah Putih pimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Presiden Prabowo telah melewatkan tanggal 8 Oktober sebagai momentum dimulainya jalan baru ekonomi Indonesia. Presiden Prabowo begitu suka dengan angka delapan. Ternyata 8 Oktober tidak terjadi apa-apa.
Tiwas dikira tanggal delapan kemarin saat yang paling tepat untuk reshuffle. Bahkan ketika Presiden Prabowo tidak jadi hadir di acara Investor Daily Summit Rabu pagi itu dikira karena lagi finalisasi siapa in siapa out.
Sampai tengah malam tanggal delapan posisi para menteri tetap aman. Maka politikus memperbarui spekulasi mereka: mungkin presiden akan melakukannya tanggal 17 Oktober. Angka satu dan tujuh juga bisa disebut delapan. Kenapa bukan tanggal 26? Kan dua tambah enam juga delapan?
Angka 26 tidak jadi pilihan spekulasi. Reshuffle mestinya dilakukan menjelang jabatan Presiden berumur satu tahun: 20 Oktober 2025.
Maka kalau tanggal 17 Oktober tidak juga terjadi reshuffle pilihannya tinggal 18 Oktober. Masih ada angka delapannya. Pokoknya sebelum tanggal 20 Oktober.
Tanggal 17 Oktober juga hari bersejarah dalam politik kekuasaan. Pada tanggal itu, tahun 1952, TNI Angkatan Darat berdemo di depan Istana Merdeka Jakarta. Panser, tank, dan kendaraan lapis baja berbaris lapangan Monas persis di depan Istana. Moncong pelurunya dihadapkan ke Istana. Pesawat-pesawat tempur terbang rendah di atas Istana.
Tujuannya: menekan Soekarno agar lebih menggunakan kekuasaannya sebagai presiden. Termasuk mau membubarkan DPR Sementara.
Kini Presiden Prabowo juga ditekan oleh keadaan: harus lebih berbuat banyak memperbaiki keadaan ekonomi negara. Demo besar akhir Agustus lalu pada dasarnya akibat rakyat tidak sabar menunggu perbaikan.
“Kalau setelah demo itu tidak dilakukan reshuffle keadaan akan tambah parah. Bisa-bisa bulan Februari depan presiden jatuh dari kekuasaannya,” ujar Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa di depan Investor Daily Summit Rabu sore lalu. Maksudnya: kalau menteri keuangannya tidak diganti dari Sri Mulyani kepada dirinya.
Tapi reshuffle awal September itu hanya mengganti sebagian kecil menteri. Para politikus dan aktivis menginginkan reshuffle besar-besaran. Juga penyederhanaan jumlah anggota kabinet.
Tapi kenapa tanggal 8 Oktober kemarin tidak jadi dilakukan reshuffle?
Ada yang berspekulasi: untuk menjaga perasaan Presiden Jokowi. Ayah Wapres Gibran Rakabuming Raka itu bertemu Presiden Prabowo dua hari sebelum tanggal delapan. Mereka baru saja bertemu empat mata. Masing-masing tidak didampingi siapa pun: pertanda alangkah tingginya kerahasiaan materi yang dibicarakan.
Rupanya bubur itu masih panas di bagian tengahnya. Maka meski bagian pinggirnya sudah habis disendok bagian tengahnya masih berasap. Perlu diinginkan dulu beberapa hari.
Bulan ini genap setahun Prabowo menjadi presiden. Mungkin Anies Baswedan akan memberi nilai lebih tinggi dari angka 11 –satu sampai seratus.
Presiden Prabowo sudah kehilangan waktu satu tahun. Popularitasnya memang kian tinggi –apalagi setelah gebrak podium saat berpidato di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Banyak juga yang angkat topi ketika akhirnya Prabowo mau menyendok bagian pinggir bubur. Menkop Budi Arie, Menpora Dito Ariotedjo, dan Menko Polkam Budi Gunawan sudah tersendok.
Mungkin perlu kipas besar untuk membuat bagian tengahnya cepat berkurang panasnya. (Dahlan Iskan)