INDOPOSCO.ID – Kemajuan teknologi robotik dan kecerdasan buatan (AI) semakin terasa dalam dunia kedokteran, termasuk pada bedah ortopedi. Namun di balik kecanggihan sistem visual dan navigasi tiga dimensi, keputusan medis tetap tidak bisa dilepaskan dari peran dokter sebagai eksekutor utama.
Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Konsultan Hip & Knee di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Dr. dr. Franky Hartono, SpOT(K), menjelaskan bahwa pemanfaatan AI dalam ortopedi saat ini masih terbatas sebagai alat bantu visual.
“Kalau untuk arthroskopi, AI-nya baru terbatas dengan kamera sistemnya. Kameranya bisa berputar dan melihat dari berbagai sudut. Itu membantu, tapi belum menggantikan dokter,” ujar Dr. Franky ditemui INDOPOSCO, Selasa (9/12/2025).
Ia menegaskan, penggunaan robot dalam operasi manusia tidak bisa disamakan dengan mesin otomatis di industri manufaktur.
“Kita ini bukan seperti bikin mobil di pabrik. Robot di manusia itu alat bantu untuk melihat secara tiga dimensi atau menentukan posisi. Tapi yang mengeksekusi tetap manusianya,” jelasnya.
Menurut Dr. Franky, tubuh manusia bersifat dinamis dan terus bergerak, sehingga membutuhkan penilaian klinis secara langsung selama tindakan berlangsung.
“Mesin itu barang mati, enggak bisa pindah-pindah. Sementara manusia bisa bergerak, posisinya bisa berubah. Jadi walaupun ada robot, dokternya tetap harus yang eksekusi,” tegasnya.
Ia menambahkan, teknologi justru menjadi alat untuk meningkatkan presisi dan keselamatan, bukan menggantikan keahlian dokter.
“Robot itu membantu berpikir soal posisi dan sudut pandang. Tapi keputusan dan tanggung jawab tetap ada di dokter,” tegasnya.
Di tengah pesatnya inovasi teknologi medis, Dr. Franky menilai sentuhan manusia dan pengalaman klinis tetap menjadi faktor yang tak tergantikan dalam praktik bedah ortopedi. (her)









