INDOPOSCO.ID – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Barat menyatakan, bahwa penyebab bencana banjir dan longsor di Sumatera Barat (Sumbar) diakibatkan oleh akumulasi krisis lingkungan karena gagalnya pemerintah melakukan pengelolaan sumber daya alam (SDA).
“Deforestasi, Pertambangan emas ilegal, lemahnya penegakan hukum menjadi penyebab kenapa Sumbar terus didera bencana ekologis,” kata perwakilan Walhi Sumbar Andre Bustamar secara daring di Jakarta dikutip Selasa (2/12/2025).
Sementara mengenai fenomena tunggul-tunggul kayu yang hanyut terbawa arus sungai menunjukkan adanya aktivitas penebangan di kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS).
“Hal ini memperkuat dugaan bahwa praktik eksploitasi hutan masih berlangsung dan menjadi penyebab, langsung meningkatnya risiko bencana ekologis,” ujar Andre Bustamar.
Peristiwa bencana ekologis di Sumbar secara langsung membebankan tanggung jawab kepada Pemerintah Daerah Provinsi Sumbar untuk melaksanakan perlindungan masyarakat dari ancaman bencana.
“Bencana ekologis yang terjadi di Sumbar menempatkan Negara dalam hal ini Pemerintah Daerah Provinsi Sumbar sebagai aktor yang paling bertanggung jawab melindungi masyarakatnya dari resiko bencana,” ucap Andre Bustamar.
Bencana hidrometeorologi terjadi sejak akhir November 2025, bersamaan dengan bencana serupa di Aceh dan Sumatera Utara. Hujan lebat mengguyur wilayah Pulau Sumatera pada tanggal 25-27 November 2025 menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor di berbagai kabupaten.
Di Provinsi Sumatra Barat tercatat 165 jiwa meninggal dunia dan 114 jiwa masih hilang. Korban tersebar di Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang, Kota Padang, Padang Pariaman, Tanah Datar, Pasaman Barat, Pasaman, Solok, Kota Solok, dan Pesisir Selatan. (dan)









