INDOPOSCO.ID – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Prof Yassierli menyoroti arah kebijakan nasional dalam menghadapi transformasi tenaga kerja di era digital. Ia menegaskan bahwa kolaborasi antara pemerintah, industri, dan penyedia teknologi menjadi kunci dalam membangun ekosistem ketenagakerjaan yang inklusif, produktif, dan berkelanjutan di masa depan.
“Konferensi bisa menjadi sarana diseminasi terkait dengan apa yang sekarang sedang menjadi trend,” ujar Yassierli dalam keterangan, Sabtu (8/11/2025).
Ia menuturkan, Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan big data science menjadi feature skill set yang harus dimiliki anak bangsa ke depannya. “Harapan saya tentu konferensi ini bisa memotivasi jejaring para pakar dan praktisi untuk kita bisa memberikan kontribusi yang terbaik,” katanya.
Sebelumnya, DataOn, penyedia solusi Human Resource Information System (HRIS) terkemuka di Asia Tenggara, sukses menyelenggarakan The 15th Annual HR Conference 2025 di Jakarta. Kegiatan dengan tema “Empowering People in a Complex Digital Future,” konferensi ini kembali menjadi ajang tahunan yang paling dinantikan oleh para profesional dan praktisi Human Resource (HR) di Indonesia.
Direktur Eksekutif Gerakan Nasional Indonesia Kompeten (GNIK) Dharma Syahputra menekankan pentingnya peningkatan kompetensi tenaga kerja Indonesia, agar mampu bersaing di tingkat global. Salah satunya melalui digitalisasi sumber daya manusia (SDM) yang berkelanjutan dan berbasis pada nilai kemanusiaan.
Di tempat yang sama, Chief Executive Officer DataOn, Gordon Enns juga menyoroti 5 pergeseran utama menuju Future-Ready HR yang didorong oleh teknologi SunFish. Transformasi HR, menurutnya, bukan sekadar adopsi alat baru, melainkan penyelesaian tantangan nyata organisasi melalui sistem yang cerdas dan saling terhubung.
“HR Technology akan lebih kompleks setiap tahunnya dan akan ada banyak functionality dari software, salah satunya AI,” katanya.
Dikatakan dia, AI support sendiri masih menjadi on going trend tahun depan karena masih banyak makro economic issue dalam dunia yang bisa berdampak pada development karir karyawan. Dalam World Economic Forum sampai 2027 akan ada 6 persen karyawan yang harus merubah cara melakukan pekerjaan.
“Karena itu kami akan membantu reskilling karyawan dan support dari segi teknologi,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, bagaimana HR modern harus beralih dari sistem yang terfragmentasi dan berorientasi administratif menjadi platform yang menyatukan kejelasan, kelincahan, empowerment, insight real-time, dan kemitraan strategis.
“Pendekatan ini mencerminkan visi kami dalam membangun organisasi yang lebih adaptif, analitis, dan berpusat pada manusia,” terangnya.
Hal yang sama diungkapkan Gemini Aryanto, Group Chief People & Culture Officer Kopi Kenangan. Ia membagikan insight seputar evolusi budaya organisasi dalam menghadapi era perubahan cepat.
Melalui konsep H.O.P.E (Humanism, Openness, Proximity, Enthusiasm), ia menekankan pentingnya menjaga nilai kemanusiaan, keterbukaan terhadap ide baru, kedekatan antar individu, dan semangat kolaboratif sebagai fondasi budaya perusahaan yang hidup dan adaptif.
Ia menegaskan, bahwa pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan hanya dapat dicapai bila perusahaan tetap setia pada “jiwanya” yaitu budaya yang menghargai manusia dan membangun hubungan yang autentik di tengah ekspansi dan digitalisasi yang pesat.
Sementara itu Chief Human Resources Officer Sinar Mas Mining, Swasono Satyo menekankan, pentingnya evolusi dari AI adoption menuju adaptive intelligence dalam strategi SDM. Ia memaparkan HR Blueprint yang menggambarkan perjalanan organisasi dari tahap deskriptif hingga prediktif.
Di mana, lanjut dia, teknologi kecerdasan buatan membantu HR melihat ke depan, mengantisipasi risiko, mengidentifikasi kesenjangan keterampilan, dan memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja.
“Melalui pendekatan ini, HR dapat bergerak dari sekadar menganalisis apa yang terjadi menjadi bertindak proaktif dengan wawasan prediktif yang memperkuat ketahanan dan kesiapan tenaga kerja di masa depan,” katanya.
Senior Group Head Human Capital InJourney Hospitality, Joko Utomo menyoroti pentingnya pengalaman karyawan sebagai fondasi pengalaman pelanggan, serta bagaimana digitalisasi HR melalui sistem seperti SunFish 7 dapat menghubungkan proses, data, dan manusia untuk mendorong keunggulan layanan di industri hospitality.
“Kehadiran para pembicara dengan latar belakang beragam ini memberikan pandangan menyeluruh tentang bagaimana HR dapat menjadi katalis perubahan yang berfokus pada manusia, dengan teknologi sebagai penggerak utama transformasi organisasi,” katanya.
Diketahui, salah satu aktivitas utama yang menjadi sorotan peserta konferensi tahun ini adalah pengalaman langsung menggunakan teknologi SunFish HR Mobile melalui lima zona interaktif bertajuk “Walk Through the Employee Journey.”
Di setiap zona, peserta diajak menelusuri perjalanan karyawan dari awal proses rekrutmen hingga tahap pengembangan karier. Melalui pendekatan experiential learning, pengunjung dapat mencoba langsung berbagai fitur digital yang mendukung aktivitas HR modern, seperti digital onboarding, time & attendance management, performance tracking, employee engagement, hingga learning & development. (nas)









