INDOPOSCO.ID – Badan Pangan Nasional (Bapanas) semakin gencar mengajak generasi muda untuk memperbaiki pola konsumsi pangan agar lebih sehat, beragam, dan bergizi. Melalui kampanye prinsip Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA), Bapanas ingin membentuk generasi yang sehat, cerdas, aktif, dan produktif sebagai pondasi menuju Indonesia Emas 2045.
Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bapanas, Rinna Syawal, menegaskan bahwa pendidikan gizi harus dimulai sejak dini, terutama di lingkungan sekolah. Menurutnya, anak-anak dan remaja hari ini adalah penentu masa depan ketahanan pangan bangsa.
“Kenapa generasi muda itu diajarkan pola konsumsi pangan B2SA? Karena generasi muda yang akan menjadi generasi emas 2045,” ujar Rinna dalam keterangannya, Jumat (7/11/2025).
Rinna menjelaskan, membangun kesadaran gizi bisa dimulai dari langkah sederhana, seperti mengenali pangan lokal dan mengurangi konsumsi makanan instan yang minim nilai gizi. Pemerintah, kata dia, terus memperkuat program perbaikan asupan gizi anak dan remaja, salah satunya lewat program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Makanya sekarang ada program Makan Bergizi Gratis, untuk memberikan gizi yang baik kepada para calon generasi emas 2045,” lanjut Rinna.
Meski begitu, tantangan tak kecil dihadapi. Rinna menyoroti tren konsumsi makanan cepat saji dan instan yang kian digemari kalangan muda. Gaya hidup praktis yang mengabaikan gizi, ujarnya, bisa memicu meningkatnya kasus penyakit akibat pola makan tidak sehat sejak usia muda.
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dari pasien anak penderita diabetes di 13 kota di Indonesia, 46,23 persen berada pada usia 10–14 tahun. Sementara itu, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat prevalensi anemia pada remaja usia 15–24 tahun mencapai 15,5 persen, terdiri dari 18 persen remaja putri dan 14,4 persen remaja pria.
“Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tantangan gizi remaja di Indonesia masih cukup tinggi. Pola konsumsi yang belum sesuai dengan prinsip B2SA serta paparan tren makanan cepat saji dan instan yang masif menjadi faktor penyebab utama menurunnya kualitas konsumsi pangan di kalangan generasi muda,” tuturnya.
Sebagai langkah nyata, Bapanas secara konsisten menggelar program B2SA Goes to School (BGtS) untuk menanamkan kebiasaan makan sehat di kalangan pelajar. Sepanjang tahun 2024, program ini telah menjangkau 380 sekolah di 38 provinsi, dengan total peserta lebih dari 80 ribu murid di seluruh Indonesia.
“Program ini menjadi bagian dari strategi Bapanas dalam membangun kesadaran dan perilaku konsumsi pangan yang sehat di kalangan pelajar,” tambahnya.
Dengan semangat membentuk generasi cerdas dan berdaya saing, langkah Bapanas bukan sekadar kampanye gizi, melainkan investasi besar bagi masa depan bangsa. Karena generasi sehat hari ini adalah kunci Indonesia Emas di tahun 2045. (her)









