INDOPOSCO.ID – Budidaya lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) mulai dilirik warga Tulungagung, Jawa Timur, sebagai peluang ekonomi baru di tengah anjloknya harga ikan konsumsi dan ikan hias seperti gurami, lele dan koi.
Selain biaya pemeliharaan lebih murah, permintaan pasar terhadap lobster jenis ini terus meningkat sementara jumlah pembudidaya masih terbatas.
Salah satu pelaku usaha yang sukses mengembangkan budidaya lobster air tawar ialah Budi Tri Satyo, warga Desa Doroampel, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung.
Ia sebelumnya membudidayakan ikan gurami dan lele, namun beralih ke lobster air tawar setelah mengalami kerugian akibat harga ikan yang jatuh dan biaya pakan tinggi.
“Waktu itu saya rugi sekitar Rp15 juta karena harga ikan tidak sebanding dengan biaya pelet. Dari situ saya mulai cari alternatif dan tertarik pada lobster air tawar,” kata Budi di Tulungagung
Ia mulai merintis usaha tersebut pada masa pandemi Covid-19 tahun 2021 dengan 400 ekor benih.
Meski separuhnya mati, Budi tetap melanjutkan pemeliharaan karena lobster tergolong cepat berkembang biak.
Keunggulan utama budidaya lobster air tawar, menurut Budi, adalah efisiensi pakan.
Ia memanfaatkan limbah sekitar seperti ikan dan ayam mati dari peternakan, serta sisa makanan dapur untuk memberi makan lobster.
“Tidak perlu beli pakan pabrikan. Semua sisa makanan bisa dimanfaatkan. Jadi biayanya jauh lebih ringan,” ujarnya.
Dari hasil pembesaran, lobster air tawar yang dipelihara selama 6–8 bulan dapat mencapai ukuran pasar, dengan harga jual antara Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per kilogram, tergantung kualitas dan ukuran.
Permintaan pasar saat ini tidak hanya datang dari konsumen akhir, tetapi juga pembudidaya baru yang membutuhkan indukan. Karena itu, sebagian lobster dipasarkan sebelum mencapai ukuran konsumsi.
Budi kini menggandeng empat mitra utama dan sejumlah pembudidaya kecil yang ikut memasok kebutuhan benih.
Namun produksi mereka masih terbatas, belum mampu memenuhi pesanan rutin dari pembeli luar daerah.
“Saya sempat dapat pesanan tiga kali kirim dalam dua minggu, total 250 kilogram. Tapi belum bisa saya penuhi karena keterbatasan produksi,” ujarnya.
Menurut dia, potensi pengembangan lobster air tawar sangat besar, terutama di wilayah perdesaan yang memiliki banyak kolam ikan tidak terpakai.
Harga jual yang stabil dan biaya produksi yang rendah membuat usaha ini relatif aman dari fluktuasi pasar.
“Kalau kolam-kolam ikan yang sekarang dikeringkan dipakai untuk lobster, hasilnya akan jauh lebih menguntungkan,” katanya.
Ia juga membuka peluang kemitraan bagi warga yang tertarik, bahkan bersedia menyediakan benih dengan sistem bagi hasil.
Budi berharap, semakin banyak masyarakat yang mengembangkan budidaya lobster air tawar agar produksi di daerahnya dapat memenuhi permintaan pasar secara berkelanjutan.
“Kalau pasokan bisa terjaga, lobster air tawar akan jadi komoditas unggulan baru dari Tulungagung,” ujarnya menegaskan. (bro)









