INDOPOSCO.ID – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) membukukan pendapatan USD318,86 juta hingga 30 September 2025, melampaui target USD314,30 juta. Pendapatan ini tumbuh 4,2 persen year on year (YoY) dibandingkan USD306,02 juta pada periode yang sama tahun 2024.
Direktur Keuangan PGE, Yurizki Rio mengungkapkan, hingga 30 September 2025, Perseroan membukukan pendapatan USD318,86 juta, melampaui target USD314,30 juta. Pendapatan ini tumbuh 4,2 persen year on year (YoY) dibandingkan USD306,02 juta pada periode yang sama tahun 2024.
“Kinerja Perseroan tetap sehat dengan fundamental keuangan yang kuat,” ungkap Yurizki, dalam Public Expose PGEO 2025, Senin (3/11/2025), di Jakarta.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi, PGE mencatat laba bersih USD104,26 juta, Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) USD248,97 juta, total aset USD2,96 miliar, dan kas USD628,12 juta.
Kenaikan biaya keuangan disebabkan penerapan aturan akuntansi baru (PSAK 223) serta perkembangan proyek panas bumi, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Hululais dan Lumut Balai Unit 2 yang mulai beroperasi komersial pada Juni 2025.
Public Expose juga membahas strategi menuju target kapasitas terpasang 1 gigawatt (GW) dalam dua hingga tiga tahun mendatang dan 1,8 GW pada 2033.
Sementara itu, Direktur Utama PGE, Julfi Hadi menegaskan PGE berfokus pada ekspansi portofolio panas bumi melalui tiga pilar utama, yakni pengembangan pembangkit, industrialisasi hilir, serta pengembangan produk dan solusi di luar kelistrikan.
“Kami sedang menyiapkan ekosistem green hydrogen terintegrasi dengan pendekatan beyond electricity,” kata Julfi.
Yurizki menambahkan, fokus Perseroan kini adalah pertumbuhan jangka panjang melalui proyek-proyek quick win yang akan memperkuat kapasitas dan kinerja keuangan di masa depan.
“Margin EBITDA kami tetap sehat meski sedikit menurun, seiring fase awal transformasi. Investasi pada talenta, riset, dan eksplorasi merupakan fondasi penting bagi pertumbuhan jangka panjang PGE,” tegasnya.
Saat ini PGE tengah mengembangkan 17 proyek quick win di berbagai wilayah, termasuk Ulubelu LP (10 MW, 2026), Hululais Unit 1 & 2 (110 MW, 2028), Lahendong BU 1 (15 MW, 2027), serta beberapa proyek besar lainnya yang dijadwalkan beroperasi bertahap hingga 2031.
Direktur Eksplorasi dan Pengembangan, Edwil Suzandi menambahkan, bahwa produksi listrik dari wilayah Kamojang, Lahendong, Ulubelu, Lumut Balai, dan Karaha diproyeksikan mencapai 4.978 GWh hingga akhir tahun, naik 3,12 persen dibandingkan 2024.
“Tambahan 55 MW dari Lumut Balai Unit 2 meningkatkan kapasitas terpasang menjadi 727 MW. Ini menjadi dorongan bagi kami untuk terus tumbuh dan menghadirkan energi hijau berkelanjutan bagi Indonesia,” ujarnya.
PGE juga memperkuat sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui kerja sama dengan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) untuk pengembangan panas bumi di 19 proyek eksisting berkapasitas 530 MW, dengan potensi tambahan hingga 1.130 MW.
Saat ini, PGE memegang peringkat ESG tertinggi di Indonesia dengan skor 7,1 dari Sustainalytics, sekaligus menjadi satu-satunya perusahaan nasional yang masuk dalam Top 50 Global ESG Companies 2025 – sebuah pengakuan atas komitmen PGE dalam menghadirkan energi bersih bagi masa depan Indonesia. (srv)









