INDOPOSCO.ID – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid mengecam keras langkah sejumlah anggota Kongres Amerika Serikat (AS) yang sedang menginisiasi sebuah resolusi yang bisa mencaplok Masjid Al-Aqsha.
Menurut Hidayat, rencana yang dipimpin oleh Amggota Kongres Claudia Tenney dan Clay Higgins itu akan mendorong adanya regulasi yang memberikan kedaulatan kepada Israel terhadap kompleks suci tersebut di Yerusalem.
Menyikapi hal ini, pria yang akrab disapa HNW ini menyerukan kepada Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan seluruh negara anggotanya, bersama seluruh komponen umat Islam di dunia, untuk bersatu dan segera mengambil langkah tegas menyelamatkan eksistensi Masjid Al-Aqsha dengan menolak rencana tersebut.
“Ini adalah persoalan serius dan harus ditanggapi dengan sangat serius oleh OKI dan masyarakat dunia Islam. Negara-negara Islam dan mayoritas umat Muslim, serta OKI, harus segera bersatu dan mengambil langkah tegas menolak tindakan jahat tersebut, serta memastikan agar upaya itu digagalkan dan dihentikan,” ujarnya melalui siaran pers, dikutip Senin (3/11/2025).
Anggota Komisi VIII DPR RI yang membidangi agama ini menjelaskan, nilai keberadaan Masjid Al-Aqsha sangatlah tinggi. Pertama, Masjid Al-Aqsha merupakan kiblat pertama umat Islam yang sangat dihormati di seluruh dunia. Kedua, UNESCO—badan PBB yang membidangi pendidikan dan kebudayaan—telah menetapkan Masjid Al-Aqsha sebagai warisan budaya milik umat Islam sejak Oktober 2016.
Oleh karena itu, menurut Hidayat, langkah sejumlah anggota Kongres AS untuk memberikan kedaulatan kepada Israel bukan hanya tidak demokratis dan tidak memahami sejarah, tetapi juga sangat provokatif dan justru menjauhkan perdamaian di kawasan serta menggagalkan solusi dua negara.
“Saya mendukung sikap Dewan Hubungan Amerika–Islam (Council on American–Islamic Relations/CAIR) yang menilai langkah Israel dan beberapa anggota Kongres AS tersebut sebagai tindakan berbahaya,” ujarnya.
Kata Hidayat, inisiatif negatif itu dapat memicu kemarahan besar umat Islam di dunia, mengganggu stabilitas keamanan Timur Tengah, dan merusak hubungan AS dengan masyarakat Islam global.
Lebih lanjut, HNW yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI ini juga berharap Pemerintah Indonesia dapat menjadi garda terdepan dalam memastikan hal itu tidak terjadi di Kongres AS. Terlebih, hubungan Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Donald Trump selama ini terjalin dengan baik dan konstruktif.
“Kita melihat bagaimana Presiden Trump beberapa kali memuji Presiden Prabowo, termasuk atas perannya dalam upaya perdamaian di Jalur Gaza, Palestina. Karena itu, hubungan baik ini sebaiknya dimanfaatkan agar Presiden Prabowo dapat mengkomunikasikan masalah ini kepada Presiden Trump. Dan bila perlu, jika inisiatif tersebut terus bergulir, Presiden Trump diingatkan untuk mengeluarkan veto menolaknya,” tegasnya.
Selain komunikasi langsung dengan Presiden Trump, Hidayat juga mendorong agar Pemerintah Indonesia menggerakkan negara-negara Islam dalam OKI untuk mengambil langkah strategis dan terukur menghentikan inisiatif provokatif itu.
“OKI perlu berperan konkret dan strategis dalam menanggapi persoalan ini secara serius untuk menyelamatkan Masjid Al-Aqsha—apalagi karena OKI sejak awal berdiri pada tahun 1969 memang untuk membela dan menyelamatkan Masjid Al-Aqsha yang dibakar oleh ekstremis Israel,” pungkasnya. (dil)









