INDOPOSCO.ID – Siapa yang tak kenal kebiasaan “krek-krek” atau “kretek-kretek” pada jari, punggung atau lutut? Entah saat bangun pagi, setelah duduk lama, atau ketika ingin melemaskan tubuh, sensasi itu sering dianggap tanda bahwa sendi sedang “diluruskan”. Tapi, apakah benar begitu?
Menurut Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Konsultan Hip & Knee di RS Siloam Kebon Jeruk, dr. Karina Besinga, SpOT (K), dalam dunia medis, kebiasaan mengeluarkan bunyi dari sendi baik di jari hingga punggung justru tidak disarankan.
“Itu tidak disarankan. Karena suatu saat ketika kita berusia lanjut, sendinya akan longgar sendiri,” ujar dr. Karina ditemui INDOPOSCO, pada Sabtu (1/11/2025).
“Sekarang ini sendi masih kencang. Tapi kalau sering kita ‘kretek-kretek’, lama-lama jadi makin longgar,” lanjutnya.
Ia menjelaskan, bunyi “krek” yang muncul dari sendi belum tentu menandakan adanya masalah serius. Kadang, suara itu hanyalah akibat udara yang terperangkap di dalam sendi, sama seperti bunyi “pop” saat seseorang menekuk jari atau punggung.
Namun, perlu diperhatikan kapan dan dalam kondisi apa bunyi itu muncul. Misalnya, apakah terjadi saat naik-turun tangga, saat jongkok, atau ketika berdiri dari duduk. Jika bunyi disertai nyeri, bengkak, atau rasa tidak nyaman, itu bisa menjadi sinyal adanya gangguan pada sendi lutut.
“Tidak bisa hanya karena satu gejala langsung disimpulkan. Harus dilihat konteksnya juga. Apakah saat bergerak tertentu, apakah disertai nyeri, atau ada keluhan lain,” jelas dr. Karina.
Lalu, bagaimana cara menjaga kesehatan lutut tanpa mengganggu aktivitas?
dr. Karina menyarankan untuk menjaga berat badan ideal, rutin melakukan peregangan ringan, serta memperkuat otot paha dan betis. Hindari kebiasaan jongkok terlalu lama, duduk bersila berjam-jam, atau berdiri dalam posisi yang menekan lutut.
Sensasi “lega” yang dirasakan setelah “mengkretekkan” sendi, kata dr. Karina, bersifat subjektif. Sebagian orang mungkin merasa nyaman, tapi sebagian lainnya justru tidak merasakan efek apa-apa.
“Itu hanya sensasi subjektif saja. Tidak semua orang merasa lega, dan efek jangka panjangnya justru bisa merugikan,” tegasnya.
Pada akhirnya, menjaga sendi bukan tentang mencari sensasi sesaat, tapi tentang merawatnya agar tetap kuat di masa depan. Karena seperti kata dr. Karina, sendi yang longgar di usia muda itu mungkin saja bisa menjadi penyesalan di usia tua. (her)









