INDOPOSCO.ID – Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan bahwa pencarian pelatih baru untuk Timnas Indonesia bukan perkara yang bisa dilakukan secara tergesa-gesa. Ia menilai, keputusan besar seperti ini harus melewati proses yang matang agar sejalan dengan arah pembangunan sepak bola nasional yang berkelanjutan.
“Mencari pelatih timnas itu tidak mudah dan tidak bisa buru-buru. Ada banyak faktor yang harus kami pertimbangkan. Saya tidak mau langkah ini justru kontraproduktif,” ujar Erick dalam keterangan, dikutip pada Sabtu (25/10/2025).
Erick menjelaskan, pihaknya terbuka terhadap masukan publik, namun mengingatkan agar tidak mudah terpancing oleh rumor yang tidak jelas sumbernya.
“Saya terbuka, sangat terbuka terhadap informasi. Tapi jangan beropini atau membuat spekulasi. Misalnya soal Luis van Gaal, itu hoaks. Akhirnya jadi tidak sehat,” tegasnya.
Proses pemilihan pelatih, lanjut Erick, akan dilakukan secara sistematis. Ia menyebut telah berkoordinasi dengan Sekjen PSSI, Soemardji, serta Badan Tim Nasional (BTN) dan Direktur Teknik, Alexander Zwiers.
“BTN dan Direktur Teknik akan melakukan pencarian dan menyusun daftar calon. Setelah itu, mereka akan melaporkan hasilnya kepada saya, dan kemudian kita bahas bersama Exco untuk memutuskan,” jelas Erick.
Erick juga menegaskan, pengalaman bersama dua pelatih sebelumnya, Shin Tae-yong (STY) dan Patrick Kluivert (PK), menjadi bahan evaluasi penting. Keduanya telah memberikan kontribusi, namun juga meninggalkan pelajaran berharga untuk masa depan.
“Kekurangan dan kelebihan STY dan PK kita jadikan evaluasi. Keduanya sudah menjadi bagian dari masa lalu yang kita pelajari agar ke depan makin baik,” katanya.
Di bawah kepemimpinannya, PSSI telah memiliki blueprint pembinaan sepak bola nasional yang terintegrasi dari level U-20, U-23 hingga tim senior. Karena itu, pelatih baru nantinya tidak hanya dituntut mengejar prestasi jangka pendek, tetapi juga mampu berperan dalam pembinaan berjenjang.
“Tidak mudah mencari pelatih yang cocok dengan strata kepelatihan nasional yang sudah kita rancang. Kita ingin pelatih yang bisa membina dari U-20, U-23 hingga senior,” tutur Erick.
Menutup pernyataannya, Erick menegaskan bahwa federasi selalu memberikan dukungan maksimal kepada para pelatih. Namun, hasil di lapangan tetap menjadi bagian dari dinamika sepak bola yang harus diterima dengan lapang dada.
“Sepak bola itu ada naik-turunnya. Ada hasil yang memuaskan, ada juga yang tidak favorable. Tapi saya sendiri sudah bersikap gentleman, meminta maaf kepada Presiden Prabowo dan masyarakat setelah kegagalan di babak kualifikasi,” tambahnya.
Dalam nada penuh tekad, Erick menegaskan bahwa perjalanan mencari sosok pelatih ideal bukan sekadar mencari nama besar, melainkan menemukan figur yang sejiwa dengan mimpi besar Garuda. Sebab bagi PSSI, yang dikejar bukan hanya kemenangan hari ini — tetapi masa depan sepak bola Indonesia yang berkelas dunia. (her)









