INDOPOSCO.ID – Tahun kedua duet Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka menjadi ajang pembuktian bagi sang wakil presiden muda. Di tengah sorotan publik terhadap peran dan kualitasnya, analis komunikasi politik Hendri Satrio menilai Gibran perlu segera menegaskan identitas politik dan kepemimpinannya sendiri, terlepas dari bayang-bayang sang ayah, Joko Widodo (Jokowi).
“Menurut saya, Gibran harus membuktikan kualitasnya agar masyarakat percaya, bukan hanya menghindari persepsi bahwa perannya hanyalah tidak mengganggu presiden,” ujar Hendri melalui gawai, Rabu (22/10/2025).
Pria yang akrab disapa Hensa itu menilai bahwa citra Gibran selama ini masih sangat bergantung pada faktor “warisan pengaruh Jokowi”. Sejak menjabat Wali Kota Solo hingga kini menjadi orang nomor dua di Indonesia, publik belum benar-benar melihat kontribusi yang mencerminkan kekuatan pribadi Gibran sebagai pemimpin.
“Selama ini kan citranya dia jadi wali kota dibantu oleh bapaknya, jadi wapres pun dibantu oleh bapaknya,” tutur Hensa.
“Jadi yang harus diperbaiki Gibran itu adalah kepercayaan masyarakat akan kualitas dia, trust level terhadap kualitas dia,” lanjutnya.
Menurutnya, perbandingan dengan para wakil presiden terdahulu seperti Ma’ruf Amin, Boediono, atau Jusuf Kalla, membuat Gibran menghadapi tantangan yang tidak ringan. Para pendahulunya dianggap mampu memberi warna dan dukungan substantif bagi presiden, bukan sekadar mendampingi.
“Jadi harus dihindari persepsi masyarakat bahwa cara dia membantu Prabowo adalah dengan tidak mengganggu sang kepala negara,” tegas Hensa.
Selain membangun kepercayaan publik, isu sensitif seperti dugaan terkait ijazah juga disebut perlu segera dituntaskan. Hensa menilai, transparansi menjadi kunci agar masyarakat tak lagi menyangsikan kredibilitas sang wakil presiden.
“Kalau dia ada isu tentang ijazah, tunjukkan saja ijazahnya bahwa memang dia punya ijazah,” ujar Hensa.
“Jangan seperti bapaknya yang gantung-gantung sekarang. Pak Jokowi ijazahnya digantung-gantung kan ya karena dia juga sudah enggak menjabat sebagai presiden, tapi Gibran masih jadi wapres sehingga harus diselesaikan,” tambahnya.
Hensa menilai, langkah Gibran dalam menjawab isu-isu tersebut akan menentukan bagaimana publik menilai kualitas kepemimpinannya. Tahun kedua ini bisa menjadi awal pembuktian Gibran, atau justru pengulangan persepsi lama yang belum berhasil ia lepaskan. (her)



