• Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers
indoposco.id
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
indoposco.id
No Result
Lihat Semua
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
  • Koran
Home Nasional

Jejak Sakral Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan Cirebon

Juni Armanto Editor Juni Armanto
Sabtu, 6 September 2025 - 18:06
in Nasional
keraton-cirebon

Suasana prosesi Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, Jumat (5/9/2025) malam. Foto : Antara/Fathnur Rohman.

Share on FacebookShare on Twitter

INDOPOSCO.ID – Saat bulan Maulid tiba, Keraton Kasepuhan di Kota Cirebon, Jawa Barat, kembali menjadi pusat perhatian. Jumat malam, 5 September 2025, halaman keraton yang biasanya sepi, dipadati oleh ribuan orang yang datang untuk menyaksikan tradisi warisan leluhur: upacara sakral Panjang Jimat.

Ritual ini merupakan puncak perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dan telah menjadi bagian dari identitas budaya Cirebon sejak berabad-abad lalu.

BacaJuga:

Polri Mutasi Besar-besaran 1.086 Personel di Akhir 2025, Ada Perubahan Kapolda hingga Kapolres

KKP dan AP5I Kompak Kawal Mutu Ikan Bebas Radioaktif

Ditjen Pesantren, Wamenag: Ini Struktur 5 Direktorat Teknis di Dalamnya

Tradisi ini dipercaya berasal dari masa Sunan Gunung Jati dan terus dilestarikan sebagai simbol kebersamaan dan nilai-nilai spiritual.

Setiap tahunnya, keraton menjadi magnet bagi masyarakat yang ingin menyelami atmosfer religius dan kebudayaan lokal yang kaya makna.

Prosesi Penuh Makna

Prosesi Panjang Jimat dimulai dari Bangsal Panembahan, tempat berkumpulnya para kiai penghulu serta kaum dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Mereka berjalan bersama, diikuti para abdi dalem yang mengenakan pakaian adat, termasuk beskap hitam dan ikat kepala batik khas Cirebon.

Di bangsal tersebut, pimpinan Keraton menempati singgasana, dan prosesi dilanjutkan dengan penataan nasi rosul di atas tabsi Panjang Jimat oleh abdi upacara. Gerakan setiap peserta berlangsung perlahan dan teratur, menandakan kesakralan momen tersebut.

Sebanyak 36 piring dan 38 lilin dihadirkan, masing-masing mengandung filosofi mendalam yang berakar dari ajaran Islam, menggambarkan tahapan kelahiran manusia, khususnya Nabi Muhammad SAW.

Menurut Pangeran Patih Anom Raja Muhammad Nusantara, setiap unsur dalam iring-iringan memiliki makna khusus tentang kelahiran dan kehidupan. “Simbol-simbol itu mengingatkan kita pada kelahiran manusia dan kelahiran Nabi,” ujarnya.

Pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh seorang qori’ pun menggetarkan suasana, menambah khusyuk dan hening yang menyelimuti malam penuh makna tersebut.

Ketika prosesi utama dimulai, iring-iringan Panjang Jimat bergerak menuju Langgar Agung. Di barisan depan, para pembawa lilin menyimbolkan cahaya kelahiran Nabi. Diikuti oleh berbagai perangkat upacara seperti manggaran, nagan, dan jantungan, yang menggambarkan kebesaran.

Barisan berikutnya membawa air mawar, pasatan, dan kembang goyang, masing-masing merepresentasikan proses kelahiran: ketuban, syukur, dan ari-ari. Di bagian akhir, tumpeng, nasi uduk, dan nasi putih dibawa sebagai harapan agar bayi yang lahir memiliki nama baik dan kehidupan yang berkah.

Sepanjang jalur menuju Langgar Agung, lantunan sholawat tak henti-henti menggema. Masyarakat menyesaki sisi jalan, anak-anak pun turut larut dalam suasana sakral dan khidmat.

Sesampainya di Langgar Agung, nasi jimat ditata kembali. Meskipun malam sudah larut, tak ada yang beranjak. Puncak acara ditandai dengan pembacaan Al-Barzanji, menjadikan malam tersebut semakin syahdu dan penuh hikmah.

Menjelang tengah malam, nasi jimat yang telah didoakan dibuka kembali di ruang arum oleh keluarga keraton, kemudian dibagikan kepada warga. Masyarakat meyakini nasi tersebut membawa berkah—ada yang memakannya bersama keluarga, ada pula yang menyimpannya.

Tradisi Panjang Jimat telah berlangsung tanpa henti sejak Keraton Kasepuhan berdiri pada 1530.

“Segala filosofinya berasal dari nilai-nilai Islam dan perjalanan hidup manusia, serta meneladani Nabi Muhammad SAW,” ujar Pangeran Patih Anom.

Upacara ini tidak sekadar ritual budaya, tetapi juga menjadi momen refleksi dan perenungan sejarah panjang Cirebon. Selain menjadi daya tarik budaya, Panjang Jimat juga mengirimkan pesan moral untuk bangsa.

Di tengah dinamika politik dan sosial saat ini, doa-doa dalam prosesi tersebut ditujukan untuk persatuan dan ketenangan. Keraton menyuarakan pentingnya kedewasaan dalam berpolitik dan menegaskan bahwa demokrasi seharusnya menjadi ruang inklusif yang memperkuat solidaritas, bukan perpecahan.

Tak hanya soal politik, Keraton juga menyoroti pentingnya pemerataan kesejahteraan dan keadilan sosial.

Kesenjangan harus diatasi melalui kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil.
Doa-doa yang dipanjatkan menyiratkan harapan bagi Indonesia: tetap bersatu, adil, dan damai. Keraton menekankan bahwa kekuatan bangsa terletak pada nilai-nilai kebersamaan dan spiritualitas.

Deklarasi Damai

Menjelang pelaksanaan prosesi Panjang Jimat, pemerintah daerah dan berbagai elemen masyarakat di Cirebon menyuarakan komitmen untuk menjaga ketertiban dan keamanan.

Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Cirebon bersama tokoh agama dan masyarakat telah menandatangani deklarasi damai sebagai respons atas kerusuhan yang terjadi pada 30 Agustus 2025 lalu, yang menyebabkan kerusakan fasilitas umum.

Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, menegaskan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam menjaga stabilitas sosial dan mencegah provokasi. Pemerintah setempat juga mengimbau RT, RW, hingga camat untuk aktif menjaga wilayahnya masing-masing.

Edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya kedamaian terus digalakkan, terutama kepada generasi muda agar tidak mudah terpengaruh oleh informasi menyesatkan di media sosial atau di lapangan seperti dilansir Antara.

Forkopimda menegaskan bahwa pembangunan daerah akan terganggu jika terjadi tindakan anarkis. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk menolak segala bentuk provokasi dan tetap menjaga perdamaian. (aro)

Tags: cirebonjabarprosesi
Berita Sebelumnya

Warga Jakbar, Malam Minggu Ini Ustaz Tile bakal Meriahkan Peringatan Maulid di Kemanggisan

Berita Berikutnya

LIVE STREAMING: Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, 1447H di Masjid Jami Darussalam Palmerah

Berita Terkait.

kapolri
Nasional

Polri Mutasi Besar-besaran 1.086 Personel di Akhir 2025, Ada Perubahan Kapolda hingga Kapolres

Sabtu, 20 Desember 2025 - 13:52
kkp
Nasional

KKP dan AP5I Kompak Kawal Mutu Ikan Bebas Radioaktif

Sabtu, 20 Desember 2025 - 13:23
wamenag
Nasional

Ditjen Pesantren, Wamenag: Ini Struktur 5 Direktorat Teknis di Dalamnya

Sabtu, 20 Desember 2025 - 12:43
bnpb
Nasional

BNPB Percepat Pembangunan Huntap dan Huntara untuk Pemulihan Sumatera Utara

Sabtu, 20 Desember 2025 - 11:36
polri
Nasional

Polri Terjunkan Ratusan Ribu Personel dan Ribuan Posko untuk Operasi Lilin 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 - 11:04
tito
Nasional

Kemendagri Himpun Bantuan Rp 48 Miliar untuk Pemulihan Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 - 02:20
Berita Berikutnya
LIVE STREAMING:  Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, 1447H di Masjid Jami Darussalam Palmerah

LIVE STREAMING: Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, 1447H di Masjid Jami Darussalam Palmerah

  • Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.

No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.