INDOPOSCO.ID – Salah satu terapi kanker dengan terapi sistemik menggunakan obat atau kemoterapi. Pernyataan tersebut diungkapkan Ketua Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi) dr Walta Gautama SpB(K) Onk dalam keterangan, Sabtu (26/6/2021).
Ia mengatakan, kanker adalah tumor ganas yang menyerang salah satu organ dan dalam perkembangannya dapat menyebar ke banyak organ tubuh lain. Untuk memudahkan para dokter mengambil keputusan klinis dalam bidang terapi sistemik kanker, pihaknya meluncurkan aplikasi Indonesian Sistemic Therapy (ISTRY).
“Aplikasi ini digunakan untuk tatalaksana terapi sistemik pada kanker dalam bidang perawatan kesehatan,” jelasnya.
Ia menyebut, perkembangan terapi sistemik dalam penanganan kanker mengalami kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai obat baru baik kemoterapi maupun terapi target terus bermunculan.
“Perkembangan informasi yang masif ini tidak semuanya dapat terekam dalam memori para dokter. Inilah yang melatarbelakangi lahirnya ISTRY,” katanya.
“Ini (ISTRY, red) adalah aplikasi gawai pintar pertama di Indonesia yang dapat menyediakan informasi bagi dokter untuk mengambil keputusan klinis dalam bidang terapi sistemik kanker,” imbuhnya.
Aplikasi mobile berbayar berbasis android ini, dikatakannya, menyediakan platform interaktif bagi tenaga medis untuk memperoleh informasi tentang terapi kanker terbaru yang beredar di Indonesia. Terutama kanker payudara, kanker tiroid, kanker kepala leher, kanker jaringan lunak, kanker kulit, dan limfoma.
“Aplikasi ini memuat tentang pengobatan, regiment, dosis, efek samping dan drug interaction. Juga menyangkut administrasi, bagaimana dan kapan obat dapat diberikan kepada pasien,” terangnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Abdul Kadir mengatakan, penanganan kanker harus dilakukan secara komprehensif. Pasalnya, penyakit ini menyumbang angka kematian tertinggi di Indonesia. “Ini kemudian menjadi beban Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang sangat besar,” tandasnya.
Ia mengatakan, pihaknya terus menanggulangi dengan menyiapkan sumber daya manusia (SDM), peralatan kesehatan hingga obat-obatan. Tentu keberhasilan upaya tersebut bisa terwujud dengan kerjasama lintas sektoral.
“Data dari Globocan, total penderita kanker nasional sebanyak 0,13 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Penderita kanker terbanyak adalah wanita yaitu kanker payudara 11,65 persen, kanker leher rahim 6,39 persen, dan kanker ovarium 2,63 persen,” bebernya.
Sementara menurut riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kemkes 2018, prevalensi kanker di Indonesia 1,8 per 1.000 penduduk. Dari data tersebut juga menyebutkan kanker terbanyak pada wanita yaitu kanker payudara presentasi 39,5 persen, kanker leher rahim 17,2 persen, dan tingkat kematian akibat penyakit kanker 0,078 persen dari jumlah penduduk. (nas)








