• Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Koran
indoposco.id
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
View All Result
indoposco.id
No Result
View All Result
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
  • Koran
Home Disway

Jalan Memutar

Redaksi by Redaksi
Sabtu, 27 Maret 2021 - 06:01
in Disway
1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Dahlan Iskan

INDOPOSCO.ID – Banyak yang belum tahu sisi lain kehebatan plasma Konvalesen: bisa menimbulkan imunitas untuk orang yang belum terkena Covid-19.

Benarkah begitu?

“Benar,” ujar Dr dr Theresia Monica Rahardjo, orang pertama di Indonesia yang menerapkan terapi plasma Konvalesen untuk pasien Covid-19. (baca Disway 25 Maret).

Monica memang ahli anestesi. Tapi dia juga ahli konsultan ICU. “Cuci plasma itu makanan saya sehari-hari,” ujar Monica. “Saya itu mendalami virus, DNA, RNA dan seterusnya,” ujar Monica. “Tesis S-2 saya di ITB soal genetika dan biologi molecular,” tambahnya.

Tapi Monica tidak mau diajak bicara soal penumbuhan imunitas lewat Konvalesen. “Lagi sensitif,” kata Monica.

Tentu dia juga tidak mau saya ajak bicara soal sel dendritik. Yang lagi ramai dipro-kontrakan. Seperti yang akan dilakukan lewat Vaksin Nusantara.

Dia tidak mau bicara soal itu. Dia ingin konsentrasi dulu di terapi plasma Konvalesen (TPK). Agar benar-benar sukses dan Indonesia tercatat dalam prestasi dunia di bidang konvalesen.

“Saya tidak menyangka akhirnya terapi plasma Konvalesen diterima secara luas,” ujar Monica.

Monica ingat awal-awal saat memperkenalkan Konvalesen: penentangnya begitu banyak –dari kalangan dokter sendiri. Tapi Monica tidak mau mengingat-ingat itu lagi. “Terlalu menyakitkan,” katanya. “Yang penting Konvalesen sekarang sudah diterima secara luas,” tambahnya.

Proses ‘menyakitkan’ itulah yang kini lagi dialami tim Vaksin Nusantara. Izin uji coba fase 2-nya tetap belum keluar –sampai sekarang. Kabarnya BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), bahkan minta uji coba itu diulang lagi. Bukan saja mulai dari fase pertama, pun harus dari tahap sebelum fase pertama.

Kenapa Konvalesen diizinkan? Itu karena Vaksin Nusantara menyebut dirinya ‘vaksin’. Sedang Konvalesen menyebut dirinya ‘terapi plasma Konvalesen’.

Jadi, semua itu ternyata benar-benar hanya menyangkut definisi vaksin. Bukan lagi soal bisa atau tidaknya menumbuhkan imunitas. Bahwa Konvalesen maupun dendritik bisa menumbuhkan imunitas tidak ada yang membantah. Hanya saja tidak boleh disebut vaksin.

Ahli virus seperti Prof Dr Choirul Anwar Nidom sangat mendukung Vaksin Nusantara. Bahkan Prof Nidom menilai lewat proses Vaksin Nusantara lebih bagus daripada lewat Konvalesen. “Prinsipnya sih mirip. Sama-sama memberi atau menginduksi antibodi dari luar,” ujar Prof Nidom, penemu vaksin Flu Burung itu. “Perbedaannya, konvalesen bisa menimbulkan ketidakcocokan protein,” ujar guru besar Universitas Airlangga Surabaya itu.

Perbedaan lainnya, kata Prof Nidom, penumbuhan imunitas lewat pemberian konvalesen harus berulang. Itu karena titer yang bisa turun. “Tapi lewat dendritik tidak harus berulang,” ujar Prof Nidom. “Itu karena dendritik bisa menurunkannya pada progeni dendritiknya,” katanya.

Dari sinilah kelihatannya muncul istilah yang pernah ramai dibahas: Vaksin Nusantara itu untuk seumur hidup.

Berarti, ternyata, yang penting, ada cara selain vaksin untuk menumbuhkan imunitas. Bisa vaksin, bisa Konvalesen, bisa juga dendritik seperti yang dipakai oleh Vaksin Nusantara.

Maka, sebagai bukan ahlinya, saya hanya bisa bertanya: mengapa hanya cara vaksinasi yang diperbolehkan.

Terapi Plasma Konvalesen akhirnya memang diizinkan. Pun di Amerika. Dasar pemberian izin itu adalah bukti kenyataan.

Bukti kenyataan itu –dalam kasus Konvalesen– didapat melalui perjuangan dokter Monica. Tapi itu hanya bisa dilakukan lewat apa yang disebut perjuangan otonomi pasien.

Artinya, pasien punya otonomi untuk memilih: mau disembuhkan dengan cara apa. Untungnya banyak pasien Covid yang minta disembuhkan lewat terapi plasma Konvalesen. Dan ternyata terbukti: berkat TPK itu benar-benar muncul imunitas di tubuh pasien.

Apakah berarti Vaksin Nusantara juga harus menempuh jalur memutar yang sudah dilakukan terapi plasma Konvalesen?

Entahlah. Seandainya iya pun. Saya akan jadi relawan untuk mencari orang yang mau secara otonom menjalani ‘terapi vaksin nusantara’ –kata vaksin di situ sebagai merek, bukan sebagai vaksin.

Misalkan cara itu yang akan ditempuh. Lalu terbukti. Kian banyak yang mau menjalaninya. Lalu akhirnya diizinkan. Maka bangsa ini memang harus selalu lewat jalan memutar –dan karena itu sering kalah cepat. (*)

Tags: disway
Previous Post

Cita Citata Ditanya Bayaran Acara Kemensos

Next Post

Lolos Semifinal Orleans Masters, Sabar-Reza Libas Jerman

Related Posts

disway-kamis
Disway

Angsa Hitam

Selasa, 11 November 2025 - 08:00
disway
Disway

Pasien Prabowo

Senin, 10 November 2025 - 08:00
disway
Disway

Meritokrasi Ponorogo

Minggu, 9 November 2025 - 08:00
disway
Disway

Asgar Underground

Sabtu, 8 November 2025 - 08:00
disway
Disway

Cium Kaki

Jumat, 7 November 2025 - 08:00
disway senin
Disway

Hati Robot

Kamis, 6 November 2025 - 08:00
Next Post
Lolos Semifinal Orleans Masters, Sabar-Reza Libas Jerman

Lolos Semifinal Orleans Masters, Sabar-Reza Libas Jerman

BERITA POPULER

  • jecoo

    Antusiasme Melonjak, JAECOO Serahkan Unit Perdana SUV Listrik J5 EV ke Konsumen di Seluruh Indonesia

    960 shares
    Share 384 Tweet 240
  • Gagalkan Aksi Curanmor di Cakung, Hansip Alami Luka Tembak di Perut

    706 shares
    Share 282 Tweet 177
  • Hasil Liga Champions: Liverpool-Bayern Menang Tipis, Arsenal-Tottenham Berpesta

    675 shares
    Share 270 Tweet 169
  • PGN Raih Penghargaan Subroto 2025, Dukung Ketahanan dan Swasembada Energi Nasional

    669 shares
    Share 268 Tweet 167
  • Hansip yang Gagalkan Curanmor di Cakung Meninggal Dunia Usai Tertembak

    662 shares
    Share 265 Tweet 166
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.